Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

It`s me

Please take a look around maybe u`ll find something usefull in my blog . .or you just call this a trash , scroll up your mouse again and read "just read it or leave it"hehhehe.

Thank`s to my beloved

Maaf jika aku baru melihat Banyaknya luka di otak dan tubuhmu Tersayat oleh segala kekurangan dan ketidakberdayaanku Terhujam dan tertikam oleh tindak tanduk yang tiada berkenan Maaf jika aku tidak memperhatikan Berjuta keluh dan lenguh lelah yang kau teriakkan di kesunyian kala sendiri Sembunyi agar tiada dari anakmu terbangun karenanya di tengah malam Dan kembali ke dunia mimpi dengan ketidakberdayaan jiwa.

Dear my God Allah SWT and Muhammad SAW my idol

Thank`s for everything You give . . and for my best idol, i miss you,

LIFE MUST GO ON

Hidup trus berjalan . .hidup bukan merupakan proses pencarian jati diri atau penemuan, hidup merupakan penciptaan, mau jadi apa diri kita ? kita sendiri yang menentukan, dan segala konsekwensi telah dipersiapkan sedetail mungkin oleh-Nya terhadap setiap langkah yang kita ambil. I have a words from my friend, and now these word meaningfull for me . . "jika tak bisa ku bahagiakan dirimu dengan kata-kataku, akan kubahagiakan engkau dengan tulisanku"

Join The Community

Premium WordPress Themes

Senin, 20 Juni 2011

Belajar Mengasihi . .

Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran, “Berapa lama lagi kamu baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang untuk makan.”

Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India/curd rice).

Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.

Aku mengambil mangkok dan berkata, “Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak-teriak sama ayah.”

Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata, “Boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta.”

Agak ragu sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?” Aku menjawab, “Oh…pasti, sayang.”

Sindu tanya sekali lagi, “Betul nih ayah?”

“Ya pasti!” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.

Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata, “Sindu jangan minta komputer atau barang-barang lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”

Sindu menjawab, “Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang mahal kok.” Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hati aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.

Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.

Istriku spontan berkata, “Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin.” Juga ibuku menggerutu jangan-jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program TV itu sudah merusak kebudayaan kita.

Aku coba membujuk, “Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.” Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, “Tidak ada yah, tak ada keinginan lain,” kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu, “Tolonglah…kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.”

Sindu dengan menangis berkata, “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya. Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apa pun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India zaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.”

Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, “Janji kita harus ditepati.” Secara serentak istri dan ibuku berkata, “Apakah kamu sudah gila?” “Tidak,” jawabku, “Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi.”

Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.

Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.

Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, “Sindu tolong tunggu saya.” Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak.

Aku berpikir mungkin”botak” model zaman sekarang. Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan berkata, “Anak anda, Sindu benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.” Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu.

“Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemotherapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”

Aku berdiri terpaku dan aku menangis, “Malaikat kecilku, tolong ajarkanku tentang kasih.”

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7467301

Rabu, 15 Juni 2011

Akhirnya embun itu . .

Dan akhirnya embun pagi itupun menetes dengan sendirinya , membasahi bumi yang sudah semenjak kemuning senja menampakkan diri di cakrawala barat, entah sudah berapa kali embun itu berkali-kali menetes membasahi bumi ini ditempat yang sama , bahkan di tempat yang jauh yang tak bisa dijangkau oleh kita, perlahan-lahan pula di sisi lain ditempat yang tak mungkin jauh dsetiap sudut bumi ini kerasnya batu mulai lapuk oleh gotong royong sang lumut, kerasnya batu perlahan-lahan berlubang oleh tetesan air hujan yang menetes ribuan jumlahnya berebut ingin segera membasahi alam ini , dan ketika matahari perlahan mulai menyembul dari kediamannya nun jauh disana, dengan tenang dan perlahan bak slow motion dia mulai memberikan kehangatan zamrud khatulistiwa, segera mengusap sedihnya alam yang menitikkan air mata embun pagi . .sedihnya alam berpisah dengan malam , dimana para manusia sudah menghentikan aktivitasnya yang mengesampingkan mereka, sedihnya alam berpisah dengan sang malam yang beratapkan langit dan bintang, sedihnya malam akan berpisahnya mereka dengan orang-orang pecinta malam yang menyempatkan dirinya sejenak mencoba mersakan menyatu dengan alam , entah itu melalui hembusan anginnya yang perlahan-lahan menusuk hangatnya tubuh dengan pisau dinginnya dari sang alam , maupun melalui suara alam yang bersenandung merdu melaui para musisi handalnya disetiap sudut bumi, sedihnya sang alam ketika pagi datang mereka sadar harus beradu dengan irama teriakan dan lantangnya orang berlomba-lomba dalam kemunafikan hidup dan bergumul dengan kejamnya sang orang yang berlomba-lomba mengernyitkan dahi mereka hanya untuk mendapatkan eksistensi lebih tinggi dbanding orang-orang, berlomba-lomba menarik pelatuk senapan yang sudah mereka todongkan ke mulut mereka sendiri berupa kecongkakan mereka serta mereka yang terbuai oleh mimpi dunia, mereka sungguh benar-benar rindu akan hadirnya sosok orang yang merindukan alam bermahkotakan malam yang terbangun dari tidur lelapnya. tetapi dengan sangat bijaksana sang rembulan seraya tidak meninggalkan sang alam dengan cepatnya , dengan perlahan dia menemani terhapusnya kesedihan sang alam dengan sedikit-demi sedikit menghilang hingga akhirnya rembulan sahabat bintang hilang ditelan teriknya mentari pada tengah hari . .

Dan rembulan itupun seraya lenyap diantara rimbunnya awan dan tanpa alam sadari rembulan tetap setia dan dengan rasa tulusnya dia tetap mengawasi sang alam . .walaupun alam sendiri tidak menyadari bahwa sang rembulan masih tetap melingkar di orbitnya yang indah yang jika malam tiba dia tidak segan memberikan cahanya yang sendu kepada alam . .melankolia alam akan terus bersenandung walaupun para pelacur kehidupan dan waktu terus berdatangan.

"Apa yang kita lihat,kita rasakan . .dan apa yang tidak kita lihat, tidak kita rasakan. tapi kadang-kadang apa yang kita lihat sebenarnya tidak ada, dan apa yang tidak kita lihat sebenarnya ada"

Manusia

Maka tidak berlebihan jika para filosof
menyebut manusia sebagai hayawanun nathiqun.
Binatang yang berbicara. Manusia itu binatang, hanya
saja ia bisa bicara. Bisa berkata-kata. Itulah definisi
manusia yang hanya mengutamakan nafsunya saja.
Nafsu jadi panglimanya. Nafsu jadi timbangannya. Dan
nafsu itu tidak hanya nafsu pada perempuan saja.
Termasuk juga nafsu pada kemewahan dunia. Al-Quran
menjuluki manusia yang seperti itu dengan kalimat:
'Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.'13 Orang-orang
yang dikendalikan oleh nafsunya adalah orang yang
lengah. Orang yang tidak memiliki rusyd, atau kesadaran
penuh. Orang seperti itu yang akan rugi di mana pun
dia berada. Ia akan mudah dicocok hidungnya oleh setan
untuk dijerumuskan ke dalam jurang kebinasaan dan
kenestapaan


Terus bagaimana cara mencintai lawan jenis yang
benar menurut Sampeyan?"
"Mencintai dengan timbangan fithrah dan bashirah.
Mencintai dengan kesucian dan mata hati. Fithrah dan
bashirah yang jadi timbangannya. Yaitu, jika kau
mencintai wanita bukan karena tertipu oleh kecantikan
paras wajahnya dan keelokan benruk tubuhnya. Bukan
karena tersihir oleh matanya yang berkilat-kilat indah
seperti bintang kejora. Bukan pula terpikat karena
bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah. Juga
bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan.
Bukan karena hartanya yang melimpah ruah.
Bukan karena kehormatannya, yang kau akan jadi ikut
terhormat karena menikahinya. Jika bukan karena itu
semua kau mencintainya. Tapi kau mencintai dengan
memakai timbangan fitrahmu, dan matabatinmu. Kau
mencintai dia karena merasakan kesucian jiwanya dan
agamanya, dan mata batinmu condong karena kecantikan akhlak dan wataknya. Hatimu terpikat karena
harumnya kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya.
Saat itu kau telah mencintai lawan jenis dengan benar."


Habiburrahman El-Zhirazy