Join The Community

Premium WordPress Themes

Rabu, 15 Juni 2011

Manusia

Maka tidak berlebihan jika para filosof
menyebut manusia sebagai hayawanun nathiqun.
Binatang yang berbicara. Manusia itu binatang, hanya
saja ia bisa bicara. Bisa berkata-kata. Itulah definisi
manusia yang hanya mengutamakan nafsunya saja.
Nafsu jadi panglimanya. Nafsu jadi timbangannya. Dan
nafsu itu tidak hanya nafsu pada perempuan saja.
Termasuk juga nafsu pada kemewahan dunia. Al-Quran
menjuluki manusia yang seperti itu dengan kalimat:
'Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.'13 Orang-orang
yang dikendalikan oleh nafsunya adalah orang yang
lengah. Orang yang tidak memiliki rusyd, atau kesadaran
penuh. Orang seperti itu yang akan rugi di mana pun
dia berada. Ia akan mudah dicocok hidungnya oleh setan
untuk dijerumuskan ke dalam jurang kebinasaan dan
kenestapaan


Terus bagaimana cara mencintai lawan jenis yang
benar menurut Sampeyan?"
"Mencintai dengan timbangan fithrah dan bashirah.
Mencintai dengan kesucian dan mata hati. Fithrah dan
bashirah yang jadi timbangannya. Yaitu, jika kau
mencintai wanita bukan karena tertipu oleh kecantikan
paras wajahnya dan keelokan benruk tubuhnya. Bukan
karena tersihir oleh matanya yang berkilat-kilat indah
seperti bintang kejora. Bukan pula terpikat karena
bibirnya yang ranum segar seperti mawar merekah. Juga
bukan karena keindahan suaranya yang susah dilupakan.
Bukan karena hartanya yang melimpah ruah.
Bukan karena kehormatannya, yang kau akan jadi ikut
terhormat karena menikahinya. Jika bukan karena itu
semua kau mencintainya. Tapi kau mencintai dengan
memakai timbangan fitrahmu, dan matabatinmu. Kau
mencintai dia karena merasakan kesucian jiwanya dan
agamanya, dan mata batinmu condong karena kecantikan akhlak dan wataknya. Hatimu terpikat karena
harumnya kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya.
Saat itu kau telah mencintai lawan jenis dengan benar."


Habiburrahman El-Zhirazy

1 komentar:

Posting Komentar